"In The Name Of God" Film Pakistan yang Siap Tayang di Indonesia
In The Name Of God
Khuda Kay Liye
Atas Nama Apa pun,
Terorisme, Ekstremisme, Separatisme,
Radikalisme, dan Kekerasan,
Tidak Dibenarkan!
Sutradara/Penulis Cerita-Skenario: Shoaib Mansoor
Para Pemain:
Shaan (Sebagai Mansoor), Fawad Khan (Sarmad), Iman Ali (Mary/Maryam), Alex Edwards (Dave), Rasheed Naz (Kyai Maulana Tahiri) & Naseeruddin Shah (Kyai Maulana Wali).
Sinopsis
Chicago, Musim Gugur 2002...
Janie, Seorang wanita bule muda, datang ke Panti Rehab. Tujuannya, menyambangi seorang lelaki muda dalam kondisi mengenaskan. Siapakah dia, apa hubungannya dengan Janie?
Kita mundur ke waktu dua tahun silam, saat remaja Pakistan menyambut Tahun Baru 2000, di Lahore. Sebuah band lokal menggelar konser. Abang-adik Mansoor-Sarmad sebagai musisi dan vokalis. Mendadak kelompok lelaki kasar berbaju putih menyerbu. Pentungan mereka menghancurkan panggung dan lampu-lampu sambil menyerukan keakbaran Allah.
Di London, Mariam, mahasiswi keturunan Pakistan, berpacaran dengan cowok bule, Dave. Hal ini membuat ayahnya, Hussain Khan, berang. Padahal Hussain sendiri hidup bersama seorang wanita Inggris, sepeninggal istrinya. Prinsip Hussain. "Pria Muslim boleh menikahi wanita non-Muslim, namun sebaliknya wanita Muslim dilarang!"
Maka ia pun merancang muslihat untuk menikahkan Mariam dengan keponakannya yang bukan lain daripada Sarmad. Caranya, membawa Maria ke Lahore, beralasan bertemu keluarga Pamannya, Mustafa. Kebetulan pula Sarmad tengah 'dicuci otaknya' oleh ulama Maulana Tahiri yang menegaskan, "Nabi Muhammad membenci lagu dan musik!" Maka suara merdu Sarmad afdolnya untuk menyerukan azan belaka.
Sarmad terpengaruh Tahiri, mulai memelihara jenggot. Sampai ditertawakan abangnya, Mansoor, yang terbang ke Chicago, untuk kuliah di Fakultas Seni Musik. Disinilah Mansoor menjalin hubungan dengan Janie yang kemudian dinikahinya.
Tipuan licik dan paksaan ayahnya membuat Mariam terpaksa diperisteri Sarmad dan tinggal di dusun terpencil di perbatasan Afganistan. Pernah Mariam mencoba kabur namun gagal karena dusunnya berada di kawasan pegunungan terjal. Bahkan sampai ia melahirkan seorang anak.
Terjadilah peristiwa 11 September 2001 yang merombak segalanya, bukan saja meruntuhkan Menara Kembar di New York. Tidak cuma antara Barat dengan Islam, tapi juga antar Muslim Kolot dengan Muslim Liberal.
Tokoh kita, Mansoor, diciduk CIA karena dicurigai jadi kaki tangan teroris. Setangguh-tanguhnya Mansoor, siksaan yang dialaminya meruntuhkan mentalnya.
Sepucuk surat Mariam yang diselundupkan perempuan-perempuan yang bersimpati, akhirnya jatuh juga ke tangan Dave. Maka dimulailah perjuangan membebaskan Mariam. Paman Mustafa menjemput Mariam. Tuntutan Mariam terhadap ayah dan sepupunya, serta siapa yang berhak atas bayinya, membuka persidangan. Hakim menghadirkan Kyai Maulana Wali, ulama tersohor penulis 12 buku Hukum Muslim.
Di persidangan inilah berlangsung debat antar dua ulama, Kyai Maulana Tahiri lawan Kyai Maulana Wali. "Islam tidak mengharamkan musik, buktinya Nabi Daud tersohor sebagai penyanyi bersuara emas sekaligus pemusik!" ungkap Kyai Wali, "Mengenai kumis-jenggot dan busana ala Barat, lihat Bapak Bangsa Pakistan, Mohammad Ali Jinnah, wajahnya kelimis dan mengenakan jas-pantalon!"
Kyai Tahiri tak mampu membantah fakta-fakta yang disebut Kyai Wali namun para pengikutnya membabi-buta tetap mematuhinya. Terlihat pada adegan anti-klimaks saat Sarmad yang mengenakan celana jeans dan membalik topi pet, menyerukan azan di mesjid, Kyai Tahiri memberi isyarat pada seorang pemuda pengikutnya untuk merebut mikrofon dan melanjutkan azan.
Ada pun Mansoor dideportasi Pemerintah Amerika kembali ke Pakistan dalam kondisi setengah waras. Bagaimana dengan Mariam? Ia menolak pulang ke Inggris, memilih kembali ke dusun perbatasan untuk membuka sekolah demi memberantas buta huruf di kalangan wanita...
(H.E. Mr. Sanaullah Ambasador Of Islamic Republic Of Pakistan)
Film Serius Khususnya untuk Pemerhati Muslim
Bertempat di PPHUI Kuningan Selasa (02/11/2010) Kedutaan Besar Republik Isllam Pakistan menyelenggarakan Gala Premier film IN THE NAME OF GOD (Khuda Kay Liya). Hadir di kesempatan saat itu H.E. Mr. Sanaullah Ambasador Of Islamic Republic Of Pakistan. Tak dapat disangkal bahwa ini adalah film dengan isu sangat serius. Padahal seperti sama kita ketahui, Pakistan adalah Negara Islam, namun beruntunglah masih ada tokoh ulama seperti Kyai Maulana Wali (diperankan sangat bagus oleh aktor watak kawakan Naseeeruddin Shah) yang berpikiran jernih dan benar.
Sayang, faktanya justru lebih berjibun jumlah ulama seperti Kyai Tahiri yang terus memompakan racun kebencian pada segala sesuatu dari Barat, termasuk cara berbusana dan pendidikan. Tokoh-tokoh seperti Kyai Tahiri itulah yang menyebarkan anjuran berjihad secara sesat dengan mengats-namakan ajaran agama. Itu sebabnya pada awalnya digambarkan Kyai Wali sudah apatis, memilih hanya berdoa zikir terus dalam rumah sembari menikmati musik klasik.
Sutradara Shoaib Mansoor memasang tiga bintang muda yang berakting cemerlang; Shaan (Sebagai Mansoor) , Fawad Khan (Sarmad), dan Iman Ali (Mariam)). Lokasi film ini pun di tiga benua; Pakistan (Asia), Chicago (Amerika), dan London (Inggris/Eropa).
Shaaib Mansor seolah mendambakan Pakistan yang lebih terbuka karena setelah tokoh Mariam memenangkan di Pengadilan hak kepemilikan dan pengasuhan anak jatuh kepadanya, ia batal ke London dan memilih membuka sekolah khusus untuk anak-anak perempuan di dusun. Ironisnya, faktanya banyak sekolah putri dihancurkan dan dibom oleh kaum Taliban serta Muslim fundamentalis yang tak menghendaki kemajuan bagi perempuan. Jangan-jangan Mariam pun disembelih beberapa bulan kemudian.
Catatan:
Film In the Name of God telah mendapatkan sejumlah penghargaan dari berbagai festival dunia. Khususnya dalam JIFFest (Jakarta International Film Festival) mendapatkan sebutan sebagai, "Film dengan Aklamasi secara Menyeluruh!".
Beranda
Label: in the name of god
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda