<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar/3221512431424559915?origin\x3dhttp://infogaya-harian.blogspot.com', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Jumat, 26 Desember 2014

Pasangan Suami Istri Luncurkan Masing-Masing Karya Novel Secara Bersama

Noorca Massardi dan Rayni Massardi bersama novel mereka Straw dan Langit Terbuka
InfoGaya - Menjelang peluncuran untuk kedua kalinya dalam sejarah penerbitan buku, khusunys dalam kehidupan sastra di Indonesia, dua novel karya sepasang Suami Istri, pada 10 Januari 2015. Rayni & Noorca M. Massardi secara bersamaan akan perkenalkan novel mereka di Bentara Budaya Bali, Ketewel, Denpasar.

Novel pertama Rayni N. Massardi berjudul Langit Terbuka, dan novel kelima karya Noorca M. Massardi berjudul Straw, itu memang kebetulan dipublikasikan serentak oleh Penerbit Kakilangit Kencana, Jakarta.

“Tidak direncanakan, dan tanpa kesengajaan, Alhamdulillah kedua buku kami bisa diluncurkan sama-sama pada hari itu. Kebetulan pula penerbitnya sama. Terima kasih kepada Bang Syafruddin Azhar dan tim editor dari penerbit Kakilangit yang berkenan mengapresiasi karya-karya kami. Kami juga sangat bersyukur peluncuran pertama ini bisa dilakukan di Bali dan khususnya di Bentara Budaya. Terima kasih Bli Warih Wisatsana dan kawan-kawan. Buat saya pribadi, Bali bukan cuma tempat yang indah, tapi hanya di Bali saya bisa bernapas. Karena itu saya sering bolak-balik Bali," ujar Rayni saat ditemui di pemutaran film Night at Museum.

“Di Bali, berbeda dengan suami saya Noorca, saya bukan untuk menulis. Rasanya terlalu sayang membuang waktu untuk itu. Sebab, terus-terang, mondar-mandir Bali memerlukan biaya lumayan besar. Artinya, setiap berada di Bali, saya selalu membiarkan tubuh dan pikiran ini terhempas bersama-sama. Untuk diam, berpikir, mendengarkan musik, bengong di pantai, berjemur sampai gosong, jalan kaki sepanjang pantai atau trotoar, mendengarkan suara sekitar, tabuhan musik Bali di kejauhan maupun dekat, mencium aroma dupa, dan bertegur sapa dengan entah siapa tanpa rasa curiga dan khawatir. Itulah sebabnya Bali membuat saya waras dan bukan sekadar berlibur atau holiday," tutur Rayni.

“Sehingga, ketika saya kembali ke Jakarta, ke Bintaro, barulah saya mulai menulis apa saja, di tengah hiruk pikuk manusia aneka ragam dan sikap. Jadi, kegiatan menulis dan bekerja itulah sesungguhnya yang merupakan “holiday” untuk saya. Terima kasih kepada Allah swt yang telah menghadirkan Bali untuk jiwa raga saya. Juga terima kasih tak terhingga kepada teman, sahabat, saudara yang sengaja datang untuk hadir bareng menikmati acara itu. Dukungan dan perhatian Anda sangat luar biasa. Selamat membaca Langit Terbuka, novel pertama saya, dalam usia semuda ini he he he…! Alhamdulillah, saya mampu menuliskannya walau itu enggak mudah,” kata Rayni Massardi.

Novel Langit Terbuka bercerita tentang perjuangan hati yang hening dari seorang perempuan bernama Sila. Terhempas oleh beragam masalah, sarat akan acaknya cinta, hati dan pikiran, ia ingin bangkit kembali dari titik nol pada sisa waktu dan umurnya. Dalam kesendiriannya di tempat baru, Sila mengharapkan keajaiban dalam perjalanan hidupnya untuk dapat bertemu dengan seseorang yang berbeda. Ia ingin berjumpa lagi dengan hati yang baik, dan ia rindu akan ketulusan.

Tidak mudah! Ada panorama, benda, pikiran, amarah, dan kegembiraan yang mengantar Sila pada arti sebuah hati, perasaan, hak asasi, dan penghormatan. Menurut penulis dan pewarta senior Leila S. Chudori, membaca isi hati Sila Munar dalam novel Langit Terbuka, kita seperti mengikuti gerak dan kata seorang gadis yang menuntut jawaban atas kehilangan seseorang.

“Kita akan mendengar kisah Sila, Sigap, dan Ruben, yang seolah begitu saja dan terbuka, dan ternyata memberikan akhir kisah dengan daya kejut yang menyentak,” kata redaktur senior majalah berita Tempo itu.

Sementara, cerpenis Prasetyohadi mengaku, membaca Langit Terbuka, seperti bercakap-cakap langsung dengan pengarangnya. Bahasa Rayni renyah, mengalir, dan humble. Di balik jalinan cerita, ia memiliki perenungan mendalam pada kehidupan dengan perspektif luas. “Gaya bertutur Rayni mengantar tokoh Sila, anak bungsu keluarga modern, pada konflik batin yang mengarah obsesif kompulsif. Gejala psikologis inilah yang membuat Langit Terbuka memberi kejutan-kejutan tak terduga ~ dan memikat,” kata Prasetyohadi, pemimpin redaksi majalah Kicau Bintaro.

Rayni juga bercerita soal kita, keluarga kita dan situasi-kondisi yang tidak jauh-jauh dari hidup kita. Gaya bahasa dan bertutur yang lugas menjadi kekuatan Langit Terbuka.

“Menariknya, pada beberapa bagian terlihat sisi romantis Rayni yang terbungkus dalam sentimental tokoh-tokohnya. Selesai membaca buku ini, coba sempatkan ngopi dan ngobrol bersama Rayni, nanti akan paham, mengapa Langit Terbuka begitu berkesan bagi siapa saja,” kata Rio Aribowo, penulis dan aktivis komunitas film Bintaro.

Sementara itu, Eky Widiastuty crafter dan sahabat Rayni menyatakan, kisah Langit Terbuka sangat sederhana. Dengan membacanya, seakan kita berhadapan langsung dengan sang pengarang. Seakan kita berdua sedang berinteraksi curhat satu sama lain.

“Buku ini ditulis dengan bahasa jujur tanpa berbelit, dan memanjakan pembacanya dengan santai namun lugas. Semoga novel ini membuka wawasan pembaca tentang apa arti hidup dan bertoleransi dengan banyak hal,” kata Eky, aktivis senirupa lulusan IKJ itu.

Lalu, apa kata Noorca, sang suami tentang Langit Terbuka?

“Novel ini bukan novel ‘biasa.’ Ini adalah soliloquy seorang perempuan bernama Sila, yang ingin hidup sendiri di suatu tempat baru. Sebuah novel yang akan membawa pembacanya ke suatu ruang dan waktu tanpa batas. Sebuah perenungan dan pertanyaan tentang jati diri, yang ditulis secara unik dan khas,” kata Noorca M. Massardi.

Ihwal novelnya yang kelima Straw, Noorca M. Massardi mengaku, ini adalah karyanya yang terbaik. Bukan karena ditulis paling lama, dan dalam rentang waktu sekitar tujuh tahun, tapi juga memberikan warna baru dalam genre penulisan novel di Indonesia. Straw berkisah tentang seorang profesor yang suatu hari ditemukan tewas di kamar hotelnya di pantai Sanur, Bali.

Kematiannya ternyata hanya satu dari puluhan kasus serupa yang menimpa para tokoh ternama di Indonesia. Dan, "kematian berantai" selama belasan tahun, yang terjadi di sejumlah hotel dan tempat terbuka, itu selalu dianggap "wajar'' karena kematian demi kematian itu selalu dinyatakan sebagai akibat serangan jantung atau stroke.

Termasuk oleh tim dokter dan pakar forensik. Namun, Banyan, seorang pewarta muda, menemukan dan mencurigai adanya keterkaitan pada setiap kasus tersebut. Atas perintah atasannya, ia melakukan investigasi ke pelbagai kota di Indonesia. Termasuk membentuk tim khususnya sendiri.

Apakah Banyan mampu bertahan dan menemukan apa yang ia cari dan curigai?

Apa pula hubungan Basung dengan para korban?

Siapakah gerangan dia?

Teror yang mencekam, dan kehadiran sosok Basung yang misterius, akhirnya menghantui dan bahkan mengancam hidup Banyan.

Peluncuran bersama dua karya fiksi suami-istri Rayni & Noorca ini adalah untuk kedua kalinya mereka lakukan. Pertama kali adalah pada 18 Juni 2008 di Aula Gedung Film, Jakarta, namun dengan dua penerbit berbeda. Saat itu, Noorca meluncurkan novelnya yang keempat, d.I.a. cinta dan presiden  setebal 900 halaman, yang diterbitkan PT Rajagrafindo Persada, dan, Rayni meluncurkan kumpulan cerpen I don’t care, yang diterbitkan PT Gramedia.

Label: , , , , , , , ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda